Tuesday, July 21, 2009

Bunuh Diri untuk Menang

Selasa, 21 Juli 2009 | 11:06 WIB

KOMPAS.com — "Anda selalu tidak dapat menghentikan aksi bom bunuh diri,” kata Oliver Buck Revel, mantan Deputi Direktur Investigasi FBI, beberapa waktu lalu.

Enam tahun silam, Asmar Latin Sani, pria asal Bengkulu, diketahui sebagai pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott. Aksi Asmar itu menewaskan 12 orang dan melukai 150 orang. Tidak ada yang dapat menghentikan aksi Asmar.

Jumat lalu, dua pria memainkan peran Asmar dulu. Kedua orang itu sama-sama menjadi pelaku bom bunuh diri: satu di Hotel JW Marriott dan satunya di Hotel Ritz-Carlton, keduanya di Jakarta. Sembilan tewas! Puluhan luka-luka. Lagi-lagi, tidak ada yang mampu menghentikan aksi itu.

Berani mati adalah kata kuncinya. Mengapa cara ini dipilih? Cara ini rendah biaya dan tidak butuh teknologi canggih. Bom bunuh diri operasinya sederhana, tak membutuhkan jalan untuk meloloskan diri atau misi penyelamatan. Menurut Institute for Counter-Terrorism (ICT), peledakan bom bunuh diri adalah sebuah ”metode operasi dengan penyerangan bergantung pada kematian pelaku. Pelaku sepenuhnya menyadari bahwa jika ia tak tewas, rencana penyerangan tidak akan dapat dilaksanakan”.

Robert A Pape dalam Dying to Win, The Strategic Logic of Suicide Terrorism menulis, terorisme bunuh diri merupakan bentuk terorisme yang sangat agresif. Dalam terorisme bunuh diri—misalnya dengan menggunakan bom—pelaku, teroris, tidak mengharapkan ia akan lolos dari maut. Pelaku pasti mati.

Sejarah panjang

Debra D Zedalis dalam karyanya berjudul Female Suicide Bombers menulis bahwa model serangan bunuh diri menggunakan bom sudah dimulai sejak awal abad ke-11. Cara serupa juga dipakai saat pecah Revolusi Belgia (1830). Pada saat Perang Dunia II, kembali serangan bunuh diri menjadi mode, terutama dipakai pilot-pilot Jepang. Mereka melakukan kamikaze dengan cara menjadikan diri mereka sebagai peluru kendali manusia. Mereka menerbangkan pesawat yang sarat dengan bahan peledak dan menabrakkan pesawat pada kapal-kapal musuh.

Orang Vietnam juga melakukan itu saat melawan tentara pendudukan Perancis (1946-1954). Macan Tamil (Sri Lanka) melakukan hal yang sama. Salah satu korbannya adalah Perdana Menteri India Rajiv Gandhi. Cara seperti itu telah menjadi ”bagian” dari perjuangan rakyat Palestina melawan Israel.

Barangkali peledakan bom bunuh diri yang paling spektakuler di zaman modern terjadi di Lebanon. Pada 23 Oktober 1983, Hezbollah menggunakan truk penuh muatan bom menabrak barak marinir AS. Serangan ini menewaskan 241 tentara dan meruntuhkan bangunan. Pada saat yang bersamaan, markas tentara Perancis juga diserang, 58 orang tewas.

Teroris bunuh diri pertama barangkali dilakukan oleh dua kelompok militan Yahudi zaman kuno, yakni Zealot dan Sicarii. Mereka melakukan serangan bunuh diri itu sebagai cara untuk membebaskan diri dari penjajahan Romawi.

Bunuh diri

Mengapa orang mau menjadi pelaku bom bunuh diri?

Bunuh diri (suicide yang berasal dari bahasa Latin, sui caedere, yang juga berarti ’bunuh diri’) adalah sebuah tindakan mengakhiri hidup dirinya sendiri. Agama apa pun memandang tindakan itu dosa dan bila dilihat dari kacamata hukum adalah sebuah kejahatan. Akan tetapi, beberapa budaya memandang tindakan itu sebagai cara terhormat untuk keluar dari situasi yang tanpa pengharapan atau memalukan.

Kematian menjadi tujuan utama dari tindakan bunuh diri dan bukan hanya merupakan konsekuensi yang hampir pasti. Karena itu, peledakan bom bunuh diri lebih dipandang sebagai peledakan bom ketimbang bunuh diri. Itulah sebabnya, ada yang menganggap dan bahkan berkeyakinan bahwa aksi bom bunuh diri adalah pengorbanan diri, sebuah kematian suci.

Ada banyak alasan mengapa seseorang memutuskan menjadi pelaku bom bunuh diri: bisa karena alasan agama, politik, kekecewaan mendalam, kebencian yang teramat sangat, rasa malu, balas dendam, nasionalisme etnik, masalah ekonomi, dan juga karena alasan keuangan. Setiap faktor itu dapat memainkan peran, bergantung pada kultur kelompok dan apa yang diharapkan dari kultur itu.

Misalnya, orang-orang Palestina mau menjadi pelaku bom bunuh diri karena alasan nasionalistik dan balas dendam. Tindakan mereka adalah bagian dari perjuangan melawan Israel. Bagi kaum perempuan Palestina, merupakan bentuk dari perjuangan untuk bisa berdiri sejajar dengan pria (Barbara Victor, Army of Roses, Inside the World of Palestinian Women Suicide Bombers). Jadi, perjuangan untuk pembebasan Palestina adalah bagian dari perjuangan kaum perempuan untuk memperoleh kebebasan.

Dengan kata lain, tidak ada penjelasan tunggal: mengapa seseorang menjadi pelaku bom bunuh diri. Setiap pelaku punya alasan berbeda. Yang pasti, mereka merasa menang dengan tewas sebagai pelaku bom bunuh diri. Inilah yang sulit dipahami akal sehat. (IAS)

Comments :

0 komentar to “Bunuh Diri untuk Menang”

Post a Comment

Site INFO

News & Media Blogs - BlogCatalog Blog DirectoryGoogle PageRank Checking tool
Blog Directory

LINK EXCHANGE

banner

BLOGROLL

 

Copyright © 2009 by SAMBAS POST